CERPEN BERTEMA KEPEMIMPINAN - DILEMA MENJADI KETUA KELAS, LAGI !









Cerpen, yaa cerita pendek! kali ini saya akan mempublikasikan kepada temen-teman sekalian tentang kisah nyata yang saya alami melalui sebuah cerpen yang insyaAllah bisa menginspirasi teman-teman untuk tidak pantang menyerah menjadi sosok pemimpin yang amanah, terutma untuk para kaum hawa, tapi tak terkeculi kaum adam, dan dalam cerpen ini saya berperan sebagai Shofaaa:) okeee selamattt menikmati tulisan sederhana karya Salwa Tsania Nisa, Eaksss;D
Ssssssstttt... dari Mulutku
Karya : Salwa Tsania Nisa
Pagi ini ku melewati gerbang dengan sangat riang, suasana sejuk nan indah di atmosfer sekolah yang sederhana ini begitu nyaman terasa, dengan iringan lagu kebudayaan terdengar seakan menjadi paduan yang sepadan. Langkah kaki, ku ayunkan begitu tangguh penuh semangat haru ditahun ajaran baru. Kelas pamungkas sekaligus titik akhir perjuangan ditingkat menengah kini berada tepat di hadapanku. Porsi belajar, porsi membaca hingga porsi makan kini bertambah. Maklumi saja, gerombolan jenis ujian akan datang menghampiri, di ujung tombak studi SMP.
      Di tengah doa dan usaha menapaki kelas terakhir SMP ini, penuh harap dalam benak ini untuk bisa merasakan menjadi warga kelas biasa dikesempatan ini setelah kelas VII dan VIII aku menjadi ketua kelas bahkan sejak aku duduk di bangku kelas IV SD. Namun, harapan ini pupus seketika, saat hasil pemilihan pengurus kelas berkata lain. Ya, di bawah pimpinan Bu Lestari wali kelas kami, terpilihlah satu nama yang menjadi ketua kelas yaitu Shofa Fatimah Az-Zahra, itu aku.
      Jujur saja, bukan tak mau. Namun, rasa jenuh seorang remaja nampaknya tak bisa dibohongi kala itu.Terlebih lagi, aku adalah seorang wanita. Dalam hati ini sebenarnya ingin sekali memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk menjadi ketua kelas. Tapi, apa daya amanah telah menghampiriku. Entah apa yang membuat mereka memilihku lagi, nampaknya aura dan pesona kecantikan diriku belum pudar, eh ralat pesona kepemimpinan maksudku, hehe. Mungkin melalui ketua kelas Allah SWT ingin mengajarkanku untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
      Aku rasa, semakin tinggi pohon, akan semangkin kencang angin menerpa. Mungkin itu pribahasa yang cocok untukku saat ini. Ujian sebagai ketua kelas makin terasa berat di kelas IX ini. Bagaimana tidak mungkin menurut sebagian siswa, sekarang kami adalah senior yang bisa saja merasa berkuasa sehinga seakan bisa berbuat apa saja dan sangat sulit untuk diatur. Namun, apapun konseksuensinya, aku akan berusaha menetralisir kekacauan yang terjadi.
      "Sssssssttttttt...." nada tegas tanda perintah,sembari mendekatkan telunjuk tangan tepat berada di depan mulut adalah andalan yang menjadi cara paling sederhana, efektif dan efesien yang aku gunakan agar anak kelas tak lagi berbuat sesuatu yang tak diinginkan.
     Situasi kelas pagi ini sangat persis seperti masa yang sedang unjuk rasa  tepat melewati pertengahan semester 5 ini, kekacauan dimana-mana, ban mobil dan motor dibakar sebagai tanda protes, terdengar teriakan disegala sudut "TURUNKAN BBM!". Eittsss, ini kisah sekolah yah bukan pemerintahan. Melihat situasi  seperti ini, jiwa kepemimpinanku terpanggil dan..
"Ssssssssstttt..!!! Jangan berisik klian teh, pada diem di bangku masing-masing jangan susah diatur kaya anak TK! Bu Indah mau dipanggil" kataku setelah sebelumnya aku meminta tolong kepada penanggungjawab mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk memanggil guru mata pelajarannya. Belum sempat aku kembali duduk dikursi, terlihat seorang mengacungkan kepalan tangan dengan mata melotot tajam penuh ancaman kepadaku.
"Gausah dipanggil, males belajar nih, atau lu mau ini?" kata Akbar mengepalkan tangan.
"Ngapain kamu kesini kalo males belajar, kamu kira aku takut sama ancaman kamu!" jawabku, jujur aku adalah orang yang tak mau kalah, selalu mempertahankan argumen selama itu benar dan untuk kepentingan bersama.
Akbar adalah jagonya kelas kami, seorang anak guru di sekolah ini yang hampir semua siswa kelas IX A takluk olehnya. Di sisi lain, dia berperan sebagai pencair suasana di kelas, bisa disebut humorislah yab. Bisa jadi bersahabat, bisa juga jadi musuh saat situasi seperti ini.
Tak lama setelah itu, penanggungjawab mata pelajaran yang tadi memanggil Guru mata pelajarannya, kembali bersama bu Indah.
"Assalamualaikum?" ucap Bu Indah seraya menaruh tas.
"walaikumussalam" jawab kami serempak.
Aku tersenyum menantang sambil mengqngjat alis kananku yang qku tunjukan kepada Akbar. Saat itu Akbar tak bisa berkutik, hanya pasrah menerima kenyataan yang terjadi.
Saat KBM berlangsung, tak tangung-tanggungnya Akbar dan beberapa teman yang lain beraninya mengobrol saat guru menerangkan. Aku yang tak bisa membiarkan ini terjadi, sempat kesal, takut kelasku tercinta ini dianggap kelas yg tidak bisa menghargai guru dan tukang ngobrol. Tentu aku tak mau hal ini terjadi, terlebih sebelumnya pun ada beberapa guru yang menganggap kelasku sering mengobrol, padahal situasi dan kondisi kelas kami ada di titik yang selalu disalahkan kala itu dan aku tak mau ini terjadi karena jelas! Ini adalah tanggungjawabku.
"Sssssttttttt...!" ucapku dengan tatapan tajam mengarah mereka yang mengobrol karna tak tahan lagi jika harus membiarkan mereka. Mereka pun menatap ke araku, menghentikan pembicaraan dan kembali memperhatikan karena tau apa maksudku. Tapi tidak dengan Akbar yang kebelutan saat itu ia duduk tepat di belakangku.
"Hak atuh, mau ngobrol atau jungkir balik juga, ini kan hidup aku, gausah kamu atur, Shof!" bisiknya tepat di telinga kiriku, dengan nada yang membuatku muak padanya.
"Ssssstttttt...!" Reflek dari mulutku, seraya mengangkat kedua tangan untuk menutup telinga. Sssttt kedua kalinya saat pelajaran berlangsung. Sebetulnya aku tak berani mengatakan itu saat KBM berlangsung, takutnya guru tersinggung dan menghentikan penjelasannya. Namun, aku tak kuasa membiarkan teman-temanku terbiasa melalukan yang buruk.
Ternyata selama KBM berlangsung, sepertinya selama itu pula Bu Indah memperhatikan tingkah laku ku. Sebelum mengakhiri pelajarannya, beliau berkata.
"Ibu jadi tersenyum sendiri saat melihat Shofa menegur teman dengan 'sssttt'nya itu, saat melihat temannya saat KBM berlangsung. Sepertinya akan sangat unik ya jika dijadikan sebuah cerita. Itu bagus, tapi akan lebih bagus lagi jika kamu membiarkannya saja, nantinya ia akan merasakan sendiri akibat dari ulahnya itu," dengan nada lembut beliau.
"hehe, iya, Bu" jawabku malu karena merasa mungkin caraku salah, terlalu belebihan mengatur teman-teman. Tapi maksudku tak lain, kembali hanya untuk mereka semata.
"Aku bilang juga apa, gausah ngaturin hidup aku, Shof!" kata Akbar dengan nada merayu ekspresi laga orang sok jagoannyabia keluar, sebelum ia pergi ke kantik jam istirahat. Yah, aku sih yang cuman anggap dia angin lalu, biarkan dia yang merasakan sendiri akibat dari ulahnya, seperti kata Bu Indah.
Ini kali kedua suasana kelas lagi-lagi seperti amukan pengunjuk rasa, bahkan melebihi itu. Gaduhnya disegala sudut tercipta, terasa seperti situasi antar pelajar yang terjadi di dalam kelas. Saat itu, lagi-lagi Akbar yang mempropokatorinya.
Dilema menjadi ketua kelas, benar-benar terjadi kali ini. Aku harus memilih antara membiarkan mereka tetap seperti ini dengan konsekuensi pasti kena marah guru, atau mengurai kegaduhan ini, dengan konsekuensi kata-kata yang mereka lontarkan padaku tanpa pikir panjang 'Biarin dong Shof! Hak kita kan! Yang kena marah kira kan, kenapa kamu yang repot!'. Pilihan sulit ini terbayang dalam pikiranku, seakan terdengar seperti suara pantulan. Mereka tak mengerti bagaimana memegang amanah ini, yaa sederhana memang, tapi sangat sulit. Benar-benar dilema ku rasakan kali ini. 'Apa yang harus aku lakukan(?)' teriakku dalam hati.
"Shof, itu anak-anak atuh ih gapada bisa diem, suruh diem coba, itu di kelas sebelah Bu Lestari lagi ngajar, mau kita dimarahin sama wali kelas sendiri?" kata sahabatku Diana yang tepat duduk di sampingku. Kata-kata terakhir yang diucapkan Diana seakan terus menggema dalam pikiranku, dan akhirnyaaa
"Ssssssssssssssssstttttttt!!!!!" dengan tegas dan lebih panjang dari komando biasanya, saatku mengucapkan kata itu, saat itu pula apa yang Diana katakan terjadi.
"Astagfirullah, ngapain kalian teh, tau ga sekarang itu jam KBM, kalo guru gaada gausah berisik. Kerjain tugasnya, untung Ibu yang negur kalian, coba kalo Ibu denger berita ini dari guru lain, Ibu sendiri yang akan malu jadi wali kelas kalian!" ucap Bu Lestari dengan nada cukup tinggi, padahal sebelumnya ibu tak pernah semarah ini.
"Ibu paham apa yang kalian inginkan, tapi caranya tidak seperti ini. Saat kalian butuh waktu bermain, bercanda ataupun sekedar bergurau dengan teman, itu ada waktunya dan kalian pun harus tau sikon, di luar KBM misalnya, tapi tetap, jangan merugikan oranglain terutama diri sendiri!" lanjut Bu Lestari meredam kemarahannya dengan nada lembut seperti seorang ibu menasihati anaknya.
Situasi kelas yang begitu gaduhnya seketika hening seperti di pemakaman saat Bu Lestari menegur kita semua. Kepala ditundukan, hati tak karuan, rasa penyesalan amat dalam nampak terasa kali itu di atmosfer kelas IX A yang dirasakan oleh penghuninya. Ya! Kami, siswa-siswi berjumlah 36 orang, 18 kaum adam dan 18 kaum hawa, yang telah menggoreskan luka dihati wali kelas kami sendiri.
"Maafin kami, Bu. Kami tak bermaksud mengecewakan Ibu," kataku merasa sangat bersalah sebagai pemimpin di kelas ini.
"Tidak! Harusnya saya yang meminta maaf telah menjadi propokator kegaduhan kelas ini."
Seisi kelas sontak kaget ketika Akbar mengeluarkan jiwa kepahlawanannya, walaupun menjadi pahlawan kesiangan.
"Iya Bu, Akbar tuh propokatornya, susah diatur, Bu." wajah polosku reflek berkata demikian dengan maksud melaporkan sedikit kenyataan tentang Akbar dengan nada candaku.
"Yaelah, ko kamu nyalahin aku sih!" sahut Akbar yang tetap saja tak mau kalah. Akbar, Akbar.
"Lah, bukannya tadi kamu yang bilang sendiri kamu salah(?)" jawabku keheranan dengan sikap Akbar yang tadi seperti pahlawan, eh sekarang seperti bunglon yang berubah-ubah pendirian.
"Sudah ah kalian ini, jadi berdebat. Kalian anak-anak Ibu yang baik, dan Ibu yakin kalian bisa semakin dewasa dan mengintropeksi kesalahan diri kalian sendiri. Shofa, kalo ada apa-apa di kelas ini langsung lapor ke Ibu ya?"
"Siap, Bu!" jawabku dengan penuh semangat.
"Buat Akbar, jangan susah diatur, kalo kamu bandel, nanti ayah kamu yang malu," menasehati Akbar.
"Iya Bu. Hehe:D" Akbar dengan wajah so imutnya tersipu malu, membuat seisi kelas geli melihatnya, sehingga berderai riuh rendah menyoraki dan menertawakan Akbar serempak.
"Huuuuuuuuuuu..... Hahahahaha,"
"Anak Pak *teet* dasar!" celetuk seorang di samping kanan ruangan.
Suasana kelas menjadi sangat hangat dengan terjadinya peristiwa ini. Inilah yang disebut dengan hikmah dibalik masalah. Kebersamaan dan kekompakan semakin terasa dibulan-bulan terakhir kita bersama. 'Ssssssssttttttt' yang membuatku dilema, menjadi cerita berharga yang sangat sempurna bersama kelas IX A:).
TentangPenulis
Hallo KawanJ Nama lengkap saya Salwa Tsania Nisa, sering dipanggil Salwa. Sukabumi adalah tempat kelahiran tepatnya pada tanggal 15 September 2001 kala itu saya keluar dari perut mulia seorang ibu. Ini adalah cerpen dari kisah yang saya alami dan merupakan cerpen pertama yang saya buat selama 14 tahun saya menginjak bumi ini. Niat saya untuk menciptakan berbagai tulisan sebetulnya sudah ada dalam benak ini sedari saya duduk di bangku kelas IV SD. Namun entah mengapa, harapan itu selalu kalah kuat dengan rasa malas dan takut salah yang menghantui diri saya.
Kali ini barulah saya memulai untuk membuat cerpen karena ada tugas Bahasa Indonesia di kelas IX.Namanya tugas mau tak mau harus dikerjakan untuk memenuhi berbagai nilai, dan akhirnya saya bisa mengalahkan rasa malas oleh tekad yang kuat. Setelah saya memulai untuk menulis, rasa ketagihan mulai timbul dalam benak ini. Greget membaca karya sendirinya ituloh yang sangat bangga terasa. Nahh, mudah-mudahan untuk selanjutnya saya bisa membiasakan diri untuk menulis sebuah karya yang bisa disebar luaskan diseluruh pelosok nusantara. Amiiinnn:)


0 komentar:

PIDATO KEBAHASAAN

Hallo, salam sejahtera untuk semua pengunjung di blog ini:)
kali ini saya Salwa akan membagi sebuah pidato dengan tema kebahasaan yang saya buat sendiri lohh, kebetulan beberapa minggu lalu saya diikut sertakan dalam perlombaan Bulan Bahasa di salah satu SMA dan hasilnya sangat memuaskan kawan, haha:D langsung saja semoga pidato ini bermanfaat ya:)



PERAN BAHASA UNTUK MEMPERTAHANKAN IDENTITAS BANGSA
 Hasil gambar untuk gambar bahasa sebagai identitas bangsa
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabbarakatuh
Dewan juri yang saya hormati,
Para guru pembimbing yang saya hormati,
Teman-teman yang saya cintai dan saya banggakan.
Pada saat ini kita dapat berkumpul di tempat ini dengan keadaayan yang lebih baik, lebih ceria, lebih sehat dan aman tentran. Hal ini terlihat dari wajah hadirin yang manis berseri-seri. Karena itu, sudah sepantasnya rasa syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala kenikmatan yang tiada terkira.
Hadiri yang dirahmati Allah,
Izinkan saya Salwa Tsania Nisa untuk menyampaikan uraian pidato dengan tema “Eksplorasi Kreativitas dengan Bahasa melalui Keragaman Budaya Indonesia” dengan Judul “Peran Bahasa untuk Mepertahankan Identitas Bangsa”
Hadirin,
Indonesia memiliki ribuan pulau dan keragamanan budaya dalam suku yang berbeda tersebar luas diseluruh pelosok nusantara. Dari keragaman tersebut Indonesia dikenal di dunia Internasional dengan sebutan Negara yang Kaya dan itu merupakan identitas kita, dimana identitas merupakan faktor yang sangat menentukan jati diri sebuah bangsa ataupun negara. Bertolak dari hal tersebut, sangat penting bagi kita setiap warga negara untuk mempertahankan Identitas bangsa kita, salahsatunya adalah bahasa Indonesia.
Saat ini kita ketahui bersama, teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Disamping kemajuan yang sangat pesat itu, ada begitu banyak tantangan yang dihadapi negara ini, pergeseran ciri khas terjadi, karena arus globalisasi yang kian deras sehingga tak terkendali.
Ironis, perkembangan teknologi tidak dimanfaatkan untuk mempertahankan Identitas Bangsa kita, dunia maya seakan menina bobokan kaum remaja. Jika dulu kita ketahui bahwa menundukan kepala dilakukan saat berdoa, tapi saat ini tradisi menundukan kepala  dilakukan dimana-mana. Mereka lebih tertarik memperhatikan telepon genggamnya dibandingkan memperhatiakan lingkungan sekitar yang padahal sangat membutuhkan perhatian.
Dengan teknologi yang semakin pesat dan berkembangnya keterampillan seseorang, sebuah foto seorang pejabat dapat berubah menjadi monster yang sangat mengerikan ditambah dengan kata-kata menghujat yang tak semestinya dilontarkan. Kemarin, baru saja terjadi kalangan Mahasiswa memprotes jalannya pemerintahan dengan aksi anarki merusak fasilitas negara dan demo dengan bahasa yang justru tidak semestinya terucap dari mulut kalangan intelektual.
Tidak hanya bahasa lisan, bahasa tubuh dan tulisan pun saat ini tak lagi mencerminkan identitas bangsa kita. Ketika satu suku mempublikasikan budaya yang ada disukunya dengan dikemas dalam cara yang salah, maka itu akan menimbulkan masalah besar dengan suku lain yang akhirnya jauh dari semboyan Bhineka Tunggal Ika, bahkan perbedaan menjadi permusuhan.
Pada hakikatnya, mungkin semua kalangan ingin menjadikan Indonesia ini lebih baik. Mahasiswa yang memprotes jalannya pemerintahan, tak lain untuk menjadikan pemerintahan negara kita maju. Suku yang mempublikasikan budayanya tak lain untuk memicu dan menginspirasi banyak suku lainnya. Namun, ketika hal itu dikemas dengan cara yang salah, maka itu akan menjadi masalah yang besar yang mengakibatkan permusuhan dan kerusuhan terus terjadi saat ini. Menurut hasil peneletian Universitas Michigan mengatakan bahwa “Orang Asia terutama Indonesia lebih peduli akan keadaan sekitarnya, dibandingkan orang Amerika dan Eropa yang hidupnya lebih individualis” tapi jika kita melihat faktanya saat ini yang terjadi, apakah pantas sesuai dengan hasil penelitian tersebut?
Apakah kondisi ini akan terus kita biarkan? Mana identitas bangsa yang terkenal dengan bahasa yang sopan, ramah dan mencintai perdamaian? Apakah kita akan membiarkan bangsa ini ada dalam kehancuran? Tentu tidak! Lalu yang menjadi pertanyaan besar, apa yang harus kita lakukan?
Pertama, teknologi bukanlah sesuatu yang harus dihindari ataupun dimusnahkan, tetapi harus dijadikan sebagai sarana untuk mempertahankan identitas bangsa dengan kemasan bahasa tubuh, lisan dan tulisan yang baik. Kedua, Pendidikan formal mempunyai peran sangat besar didalam pembentukan jati diri bangsa sehingga harus diupayakan mampu memacu dan menjadi sarana pembentuk jati diri setiap warga Indonesia. Dan yang ketiga, bisa saja perbedaan mampu menghambat terjadinya hubungan antar suku atau daerah. Berkat bahasa Indonesialah, kita dapat saling berkomunikasi walaupun berbeda bahasa. Karena, bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu. Sehingga status bahasa Indonesia sebagai Identitas bangsa dapat benar-benar diakui oleh warga Indonesia dan dunia.
Hadirin, baik buruknya, maju mundurnya serta teratur kacaunya bahasa Indonesia merupakan tanggungjawab kita bersama. Mari kita niatkan dalam hati untuk memciptakan perdamaian dengan berbahasa yang baik dimulai dari diri sendiri. Bayangkan, akan indah terasa ketika semua orang Indonesia mampu mengakui jati diri bangsanya sendiri.
Hanya itu yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat. Mohon dimaafkan bila ada kata yang kurang berkenan. Terima kasih atas perhatian hadirin.
Bahasa dan budaya yang beragam, bukan untuk mempeciptakan permusuhan.
Tapi untuk menunjukan bahwa Indonesia punya identitas bangsa yang luarbiasa,
Dan mencintai perdamaian dalam perbedaan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabbarakatuh.
Salwa Tsania Nisa
SMP Negeri 1 Cisaat
 

1 komentar:

JAUHI PERGAULAN BEBAS




Segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla yang telah mengatur alam ini sedemikian rupa sehingga tersusun rapi, namun manusialah yang merubah perjalanannya menjadi porak poranda, baik dalam kehidupan manusia maupun alam semesta.
Salam dan selawat semoga kita semua selalu dilimpahkan agar mendapat tauladan terbaik dalam pergaulan yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, para keluarga, para sahabat beliau ridwânullahualaih dan para pengikutnya yang baik sehingga ke hari kiamat.
Pada zaman sekarang ini pintu kemaksiatan terbuka luas. Wanita fasik dan fajir telah diperdaya oleh syaitan hingga mempamerkan aurat terdapat di mana-mana sahaja. Mata setiap orang bebas memandang perkara yang diharamkan, kecuali orang yang dirahmati Allah Azza wa Jalla. Bercampur baur antara lelaki dan perempuan terjadi di setiap tempat. Majalah pornografi dan filem lucah bermaharajalela tanpa kawalan. Perjalanan dan pengembaraan ke negara-negara yang telah rosak dan kafir terbuka luas dalam dunia serba maju kini. Pergaulan bebas menjadi amalan biasa setiap remaja masa kini. Pelacuran dan media pornografi dibuka di banyak tempat, dan setiap orang yang lemah imannya boleh menikmatinya tanpa batasan secara sembunyi maupun terang-terangan.
Pergaulan bebas dan berpacaran, bahkan seks bebas di kalangan golongan muda dianggap perkara biasa, karena sudah menjadi lifestyle (gaya hidup) bagi sebahagian kalangan masyarakat. Perempuan bergandingan dan berpergian dengan laki-laki yang bukan mahramnya, baik dalam acara rasmi, santai, sessi pembelajaran atau dalam dunia perniagaan. Maka tidak dapat dielakkan lagi bahwa musibah besar akan menimpa generasi muda negara ini.
Oleh karena itu, seseorang remaja Muslim yang ingin bergaul perlu pandai dan tetap bersih serta tidak tercemar oleh berbagai macam kebiasaan buruk dan kerosakan moral sehingga menjadi ”sampah masyarakat”, haruslah memperhatikan dan menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk berikut ini:
Masalah Pergaulan Bebas
Keadaan waktu kini sungguh sangat memerlukan perhatian, sebab anak-anak yang masih remaja dan produktif, yang seharusnya masih bersungguh-sungguh menentukan arah hidupnya, ternyata terperosok dalam pelbagai gejala jenis pergaulan bebas dan penggunaan ubat terlarang (contohnya, dadah dsb.nya).
Islam sebagai agama yang sempurna, telah mengatur etika pergaulan dengan norma-norma yang sangat indah. Jika diamalkan, akan tercipta kehidupan yang terhormat dan bermartabat. Allah Azza wa Jalla menjaga manusia dengan syariat Islam yang membatasi pergaulan antara laki-laki dan perempuan dengan ketat. Tidak boleh bercampur baur antara laki-laki dan perempuan, bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang wanita sering keluar rumah; kecuali untuk urusan yang terdesak dan sangat penting; walaupun untuk sholat. Sebagaimana `Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا اسْتَأْذَنَكُمْ نِسَاؤُكُمْ بِاللَّيْلِ إِلَى الْـمَسْجِدِ فَأْذَنُوْا لَهُنَّ
”Jika isteri-isteri kalian minta izin kepada kalian pada waktu malam ke masjid (untuk ibadah), maka izinkanlah bagi mereka.” [Shahîh diriwayatkan Imam Bukhâri dalam Shahîhnya (162), Imam Muslim dalam Shahîhnya (990) dan Imam Abu Dâwud dalam Sunannya (568)]
Seorang isteri tidak boleh pergi tanpa mendapatkan redha suami, meskipun untuk mengunjungi keluarganya; karena mematuhi suami hukumnya wajib. Hadits di atas juga mengandungi makna jika wanita ingin shalat berjamaah di masjid harus minta izin suami.
Sumber: Al-Manhaj

0 komentar:

TIGA SAHABAT DALAM CINTA SEGITIGA

Cerpen Karangan: 
Lolos moderasi pada: 24 November 2015
Ini dalah cerita tentang cinta yang yang terpaksa, hal ini bisa terjadi karena ternyata ada dua cowok yang selama ini menyukai aku, sebut saja aku Rani, aku sekarang duduk di bangku SMA, kelas dua. Dua cowok itu adalah Rian dan Rafli, mereka berdua adalah dua sejoli yang tak bisa dipisahkan, mereka selalu bersama di manapun dan kapanpun, yah karena mereka adalah sahabat dari kecil. Aku tidak tahu dengan perasaan ini, aku suka sama Rian, tapi aku belum tahu apakah dia suka sama aku apa tidak, tapi kelihatanya Rian juga menyukaiku meskipun itu masih perkiraanku saja. Tetap Rafli juga menyukaiku, aku bingung dengan semua ini.
Hingga pada Sore itu kami bertiga mengerjakan tugas kelompok, kami mengerjakanya di rumah si Rafli, kami selalu bercanda dan bergurau sambil mengerjakan tugas kelompok kami. Akhirnya tugas kelompok kami selesai juga, dan sebelum pulang, kami berbincang bincang. Dan pada saat si Rafli mengambilkan minum buat kami, Rian tiba-tiba mendatangiku dan menembakku.Ini dalah cerita tentang cinta yang yang terpaksa, hal ini bisa terjadi karena ternyata ada dua cowok yang selama ini menyukai aku, sebut saja aku Rani, aku sekarang duduk di bangku SMA, kelas dua. Dua cowok itu adalah Rian dan Rafli, mereka berdua adalah dua sejoli yang tak bisa dipisahkan, mereka selalu bersama di manapun dan kapanpun, yah karena mereka adalah sahabat dari kecil. Aku tidak tahu dengan perasaan ini, aku suka sama Rian, tapi aku belum tahu apakah dia suka sama aku apa tidak, tapi kelihatanya Rian juga menyukaiku meskipun itu masih perkiraanku saja. Tetap Rafli juga menyukaiku, aku bingung dengan semua ini.
“Rani, aku mau ngomong sesuatu ke kamu…” dengan nada serius Rian berkata.
“iya.. ngomong aja lo..” ku tanggapi dia.
“aku suka sama kamu, kamu mau gak jadi pacar aku?” tiba-tiba Rian menembakku.
“mmm…” aku bingung mau omong apa, karena aku juga suka sama dia, dan dia adalah temanku dari kecil, aku bingung sekali.
“kamu mau nggak?” semakin penasaran si Rian.
“iya aku mau” aku tak sangup menahan rasa ini, karena aku juga suka sama dia, Rian.
Dan setelah kami jadian, dan berbincang-bincang, tiba-tiba ada suara gelas pecah di belakang, serontak kami melihat di belakang, ternyata si Rafli menjatuhkan gelas minuman yang akan diberikan ke kami.
“ada apa Raf?” Tanya Rian.
“enggak, gak apa-apa kok!” Rafli. “udah kalian balik lagi ke depan, biar aku urus ini..” sentak Rafli.
Pada saat di kelas, teman-teman sekelas aku menyoraki kami, karena mereka berdua mengetahui kalau aku dan Rian telah jadian. Tapi saat aku lihat si Rafli, dia terlihat diam, sepertinya dia sedih. Dan langsung aku bilang ke Rian. Kalau sahabatnya sedang terlihat sedih. Langsung Rian mendatangi Rafli. Aku ikut dengannya, karena aku juga ingin tahu, ada apa dengan Rafli selama ini, karena semenjak aku jadian dengan Rian, Rafli jadi sering menyendiri dan tidak lagi bergabung dengan kami seperti dulu.
“raf, kamu kenapa? Kok diem aja dari tadi?” Tanya Rian.
“gak apa-apa, kamu kenapa sih kok ke sini? pergi sana gih! !aku lagi pengen sendiri!!” tidak tahu kenapa dia menjadi kasar seperti ini pada Rian.
“kenapa sih kamu? kamu kok kasar seperti ini sekarang, gak seperti Rafli yang dulu. Aku kan sahabatmu!!” Rian mencoba menyadarkan Rafli.
“apa!! sahabat?! dulu iya, tapi sekarang enggak!” Rafli langsung pergi ke luar dari kelas .
Dan Rian pun terlihat sangat sedih. Aku tak tahu apa yang menyebabkan perpecahan di antara mereka.
Aku kasihan pada kekasihku Rian, dia terlihat sangat terpukul setelah kejadian itu.
“sayang kamu gak apa-apa?” ku coba Tanya Rian.
“aku sedih, apa salahku pada Rafli, sampai dia membenciku dan tak menganggapku lagi menjadi sahabatnya.”
“udah sayang, jangan sedih, aku jadi ikut sedih kalau kamu sedih, aku juga heran pada Rafli, semenjak kita jadian, dia tak pernah menghubungi aku lagi. Dan tak pernah berbincang-bincang. Ya udah sayang, kita pergi ke kantin aja,” ku coba hibur Rian.
“iya sayang, ayo..” denagan wajah yang lemes dia menggandeng tanganku.
Aku sangat sayang pada Rian, karena dia seorang laki-laki yang ceria, humoris dan sangat pengertian, tapi 2 hari ini dia tak membalas BBM-ku, aku sms tak dibalas, aku telepon gak diangkat, apa yang terjadi pada pacarku ini, apa dia da gak sayang lagi padaku? hingga pada suatu malam, Rian BBM aku, dia mengajak aku ketemuan besok, karena besok hari minggu. Aku penasaran ada apa dengan kekasihku ini. Keesokan harinya, aku ketemuan dengan Rian, tak tahu kenapa, dia memelukku dan meneteskan air mata, aku bingung ada apa dengan pacarku ini. Kemudian dia melepaskan pelukannya dan ngomong serius dengan aku.
“sayang, itu adalah pelukan terakhirku. Karena aku mau kita putus.” dengan terisak dia berkata seperti itu.
“kenapa sayang? Kenapa? aku sangat sayang padamu!!” aku tidak mau putus dengan Rian.
“karena ini demi Rafli. Aku tak tahu bahwa selama ini Rafli menyukaimu. Dan hubungan inilah yang membuat hubungan persahabatan kami pecah. Aku mohon. Aku mau kamu mencintai Rafli.”
“aku tidak mau!! Karena yang aku cintai cuma kamu!”aku mencoba menolak.
“aku mohon berjanjilah, agar kamu mencintai Rafli dan melupakan aku! aku mohon.” Sambil menangis dan memegang tanganku.
Hal itu membuat hatiku tersentuh dan aku turuti saja permintaan pacarku ini. Aku akan melupakan Rian dan akan mencintai Rafli demi Rian dan demi persahabatan mereka. Rian besok akan Meminta maaf pada Rafli dan akan bilang bahwa dia dan aku telah putus, karena kami saling tidak cocok. Dan setelah kejadian itu, aku mempunyai janji pada Rian untuk mencoba mencintai Rafli, dan mendekati Rafli, karena mereka berdua sudah berbaikan. Aku senang melihatnya, tapi aku sedih karena harus putus dengan Rian. Dan mulai saat ini aku mendekati Rafli dan mencoba untuk mencintai Rafli. Dan melupakan Rian, meskipun sulit, karena janji dalah janji.
Cerpen Karangan: Moch. Ari Nur Kahfi

0 komentar: